Sabtu, 09 April 2011

Marriage & Cooking

Banyak yang bilang kalo masak itu sebenernya gampang2 susah. Banyak juga yang bilang masak itu susah - titik (sama sekali ga pake gampang). Menurut saya memasak itu memang butuh kreativitas. Maksudnya kreativitas di sini itu dengan bahan-bahan masakan tersebut tentunya. Padu padan, mix n match, campur sana sini. Jadi seperti semua orang bilang, practice makes perfect.

Kalo saya pikir2 lagi, ternyata banyak ya filosofi yang bisa diambil dari memasak.Contohnya dalam Marriage Life saya. Sama seperti orang bilang, marriage itu gampang2 susah. Gak sedikit juga yang bilang marriage life itu susah - titik (sekali lagi gak pake gampang). Tapi memang butuh kreativitas untuk padu padan, mix n match, campur sari - eh, maksudnya campur sana sini.

Dari awal mau merit sampe detik ini saya menjalani hidup dengan nggak ada bedanya sama memasak. Pernikahan menurut saya seperti dua "bahan masakan yang sama sekali berbeda" (saya dan suami) yang harus dijadikan satu dan menciptakan rasa yang bisa dinikmati bersama. Untuk itu perlu dong bumbu2 yang bisa menyatukan, memberi rasa dan membuat kita jadi ingin menikmatinya lagi, lagi dan lagi.

Harus saya akui memang nggak gampang lho, melakukan pada padan semua itu. Seperti memasak, kita kan harus tahu bahan A nggak cocok sama bumbu ini atau Bahan B kurang sedap kalo dicampur bumbu itu. Nah, disinilah pintar-pintarnya kita berkreasi dengan "bumbu2" yang bisa menyatukan saya dan Suami.

Apalagi kalo sudah ada si mungil yang sudah pasti sering menjadikannya "bahan utama masakan". Hehehe.... nggak jarang kami berdua merasa seperti "bahan pelengkap" atau bahkan hanya jadi sekedar "garnish" kalo sudah di dekat dia.

Tapi ya itu tadi, sekali lagi, tergantung kepintaran, kekreativan kita kan untuk "mengolah" bahan2 tadi. Bisa  aja "Bahan Utama" kita ganti dari si mungil menjadi saya atau suami. Tergantung siapa yang perlu deh. Di sini saya memang dituntut jeli membaca situasi. Tetapi saya juga bersyukur sama suami saya yang nggak pernah komplain saat dia lebih sering dijadikan hanya "bahan pelengkap" atau "garnish" (bukan berarti saya nggak pernah membuatnya menjadi "bahan utama" lho).

Tapi memang life after marriage itu bagai memasak dengan bahan-bahan yang seabrek banyaknya plus bumbu yang harus tepat racikannya. Ala chef banget deh, pokoknya. Hahaha.... lucu juga. Saya sering menghayal bisa jadi seorang chef ala Jamie Oliver atau Nigella Lawson, tanpa menyadari bahwa sehari-hari saya memang sudah menjadi seperti mereka dengan kedua "bahan masakan" saya: my lovely husband and daughter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar